Halo, selamat datang di LabourRache.ca! Senang sekali bisa berbagi pengetahuan dan informasi bermanfaat untuk Anda. Kali ini, kita akan membahas tuntas salah satu teknik pengambilan sampel yang sering digunakan dalam penelitian, yaitu Purposive Sampling. Lebih spesifik lagi, kita akan menggali Purposive Sampling Menurut Sugiyono, seorang pakar metodologi penelitian yang sangat berpengaruh di Indonesia.
Mungkin Anda pernah mendengar istilah ini sebelumnya, atau bahkan sedang berkutat dengan penelitian yang mengharuskan Anda menggunakan teknik ini. Jangan khawatir! Artikel ini akan mengupas tuntas konsep Purposive Sampling Menurut Sugiyono dengan bahasa yang santai dan mudah dipahami. Kita akan membahas definisi, ciri-ciri, kelebihan, kekurangan, hingga contoh penerapannya dalam berbagai jenis penelitian.
Jadi, siapkan secangkir kopi atau teh hangat, duduk yang nyaman, dan mari kita mulai menjelajahi dunia Purposive Sampling Menurut Sugiyono! Dijamin, setelah membaca artikel ini, Anda akan memiliki pemahaman yang lebih mendalam dan siap untuk mengaplikasikannya dalam penelitian Anda. Mari kita mulai!
Apa Itu Purposive Sampling Menurut Sugiyono?
Purposive Sampling, atau yang sering juga disebut sebagai Judgement Sampling, adalah teknik pengambilan sampel non-probabilitas di mana peneliti memilih sampel berdasarkan pertimbangan atau kriteria tertentu yang dianggap relevan dengan tujuan penelitian. Singkatnya, peneliti "sengaja" memilih sampel karena mereka memiliki karakteristik atau informasi yang dicari.
Menurut Sugiyono, Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Artinya, peneliti tidak memilih sampel secara acak, melainkan berdasarkan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang populasi yang diteliti. Peneliti memilih anggota populasi yang diyakini paling representatif atau relevan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Inti dari Purposive Sampling Menurut Sugiyono adalah subjektivitas dan keahlian peneliti. Peneliti harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang populasi dan variabel yang diteliti untuk dapat membuat keputusan yang tepat dalam memilih sampel. Jadi, tidak semua orang bisa sembarangan menggunakan teknik ini. Dibutuhkan pemahaman yang mendalam dan alasan yang kuat di balik pemilihan setiap sampel.
Kriteria dan Pertimbangan dalam Purposive Sampling
Pertimbangan Utama dalam Pemilihan Sampel
Dalam menerapkan Purposive Sampling Menurut Sugiyono, ada beberapa pertimbangan utama yang perlu diperhatikan. Pertama, peneliti harus memiliki tujuan penelitian yang jelas dan spesifik. Tujuan inilah yang akan menjadi panduan dalam memilih sampel yang relevan. Kedua, peneliti harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang karakteristik populasi yang diteliti. Tanpa pengetahuan ini, sulit untuk menentukan kriteria pemilihan sampel yang tepat.
Ketiga, peneliti harus mempertimbangkan ketersediaan informasi. Sampel yang dipilih harus memiliki informasi yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Jika sampel tidak memiliki informasi yang relevan, maka penelitian akan sia-sia. Keempat, peneliti harus mempertimbangkan etika penelitian. Pemilihan sampel tidak boleh merugikan atau mendiskriminasi kelompok tertentu.
Terakhir, peneliti harus mampu mempertanggungjawabkan alasan pemilihan setiap sampel. Alasan ini harus didasarkan pada argumentasi yang logis dan didukung oleh bukti-bukti yang kuat. Ingat, Purposive Sampling sangat bergantung pada justifikasi peneliti.
Contoh Kriteria Pemilihan Sampel yang Umum
Kriteria pemilihan sampel dalam Purposive Sampling sangat bervariasi tergantung pada tujuan penelitian. Beberapa contoh kriteria yang umum digunakan antara lain:
-
Expertise: Memilih sampel yang memiliki keahlian atau pengalaman yang relevan dengan topik penelitian. Misalnya, dalam penelitian tentang efektivitas program pelatihan, peneliti dapat memilih sampel yang terdiri dari para ahli pelatihan atau peserta pelatihan yang telah mengikuti program tersebut.
-
Keterwakilan: Memilih sampel yang mewakili karakteristik penting dari populasi. Misalnya, dalam penelitian tentang opini publik terhadap suatu kebijakan, peneliti dapat memilih sampel yang mewakili berbagai kelompok usia, jenis kelamin, pendidikan, dan latar belakang sosial ekonomi.
-
Kasus Ekstrim: Memilih sampel yang merupakan kasus ekstrim atau unik. Misalnya, dalam penelitian tentang penyebab kegagalan suatu proyek, peneliti dapat memilih sampel yang terdiri dari proyek-proyek yang mengalami kegagalan paling parah.
-
Kasus Tipikal: Memilih sampel yang merupakan kasus tipikal atau umum. Misalnya, dalam penelitian tentang praktik manajemen di perusahaan kecil, peneliti dapat memilih sampel yang terdiri dari perusahaan kecil yang dianggap mewakili sebagian besar perusahaan kecil lainnya.
-
Kemudahan Akses: Memilih sampel yang mudah diakses oleh peneliti. Meskipun kemudahan akses tidak boleh menjadi satu-satunya pertimbangan, namun dapat menjadi faktor penting dalam penelitian yang memiliki keterbatasan sumber daya.
Menghindari Bias dalam Pemilihan Sampel
Salah satu tantangan utama dalam Purposive Sampling adalah menghindari bias dalam pemilihan sampel. Karena peneliti memiliki peran aktif dalam memilih sampel, ada risiko bahwa peneliti akan memilih sampel yang mendukung pandangan atau hipotesis mereka sendiri. Untuk menghindari bias, peneliti perlu:
-
Menentukan Kriteria Pemilihan Secara Jelas dan Objektif: Kriteria pemilihan sampel harus ditentukan sebelum proses pemilihan dimulai dan harus didasarkan pada bukti-bukti yang relevan, bukan pada preferensi pribadi peneliti.
-
Mendokumentasikan Alasan Pemilihan Setiap Sampel: Peneliti harus mendokumentasikan secara rinci alasan mengapa setiap sampel dipilih. Dokumentasi ini akan membantu peneliti untuk merefleksikan proses pemilihan dan mengidentifikasi potensi bias.
-
Melibatkan Pihak Ketiga dalam Proses Pemilihan: Melibatkan pihak ketiga yang independen dalam proses pemilihan sampel dapat membantu mengurangi bias. Pihak ketiga dapat memberikan perspektif yang berbeda dan mengidentifikasi potensi bias yang mungkin tidak disadari oleh peneliti.
-
Menggunakan Teknik Triangulasi: Menggunakan teknik triangulasi, yaitu mengumpulkan data dari berbagai sumber dan metode, dapat membantu memvalidasi temuan penelitian dan mengurangi pengaruh bias.
Kelebihan dan Kekurangan Purposive Sampling Menurut Sugiyono
Kelebihan Purposive Sampling
-
Efisiensi: Purposive Sampling Menurut Sugiyono sangat efisien dalam hal waktu, biaya, dan sumber daya. Peneliti dapat fokus pada sampel yang paling relevan dengan tujuan penelitian, sehingga menghemat waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk mengumpulkan dan menganalisis data.
-
Kedalaman Informasi: Purposive Sampling memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dan rinci dari sampel yang dipilih. Karena sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu, mereka cenderung memiliki pengetahuan atau pengalaman yang relevan dengan topik penelitian.
-
Fleksibilitas: Purposive Sampling sangat fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Peneliti dapat mengubah kriteria pemilihan sampel seiring dengan perkembangan penelitian dan temuan-temuan baru.
-
Cocok untuk Penelitian Kualitatif: Purposive Sampling sangat cocok untuk penelitian kualitatif, di mana tujuan penelitian adalah untuk memahami fenomena secara mendalam dan komprehensif.
Kekurangan Purposive Sampling
-
Subjektivitas: Purposive Sampling sangat subjektif dan bergantung pada penilaian peneliti. Hal ini dapat menyebabkan bias dalam pemilihan sampel dan mengurangi validitas temuan penelitian.
-
Generalisasi Terbatas: Hasil penelitian yang menggunakan Purposive Sampling sulit untuk digeneralisasikan ke populasi yang lebih luas. Karena sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu, mereka mungkin tidak mewakili populasi secara keseluruhan.
-
Validitas Eksternal Rendah: Validitas eksternal penelitian yang menggunakan Purposive Sampling cenderung rendah. Artinya, temuan penelitian mungkin tidak dapat diterapkan pada konteks atau situasi yang berbeda.
-
Sulit Dipertahankan: Keputusan dalam memilih sampel dalam Purposive Sampling kadang sulit dipertahankan secara objektif. Peneliti harus memiliki argumentasi yang kuat dan bukti yang mendukung untuk membenarkan pemilihan setiap sampel.
Contoh Penerapan Purposive Sampling dalam Penelitian
Contoh 1: Penelitian tentang Pengalaman Belajar Online Selama Pandemi
Seorang peneliti ingin mengetahui bagaimana pengalaman belajar online yang dialami oleh mahasiswa selama pandemi. Menggunakan Purposive Sampling Menurut Sugiyono, peneliti dapat memilih sampel berdasarkan beberapa kriteria:
- Mahasiswa dari Berbagai Jurusan: Memastikan representasi dari berbagai bidang studi untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif.
- Mahasiswa dengan Pengalaman Belajar Online yang Berbeda: Memilih mahasiswa yang memiliki pengalaman positif, negatif, maupun netral terhadap belajar online.
- Mahasiswa dengan Akses Internet yang Berbeda: Mempertimbangkan mahasiswa yang memiliki akses internet stabil, terbatas, maupun tidak memiliki akses sama sekali.
Dengan memilih sampel berdasarkan kriteria ini, peneliti dapat memperoleh data yang kaya dan mendalam tentang pengalaman belajar online mahasiswa selama pandemi dari berbagai perspektif.
Contoh 2: Penelitian tentang Efektivitas Program Pemberdayaan Perempuan
Sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) ingin mengevaluasi efektivitas program pemberdayaan perempuan yang telah mereka jalankan. Menggunakan Purposive Sampling Menurut Sugiyono, LSM tersebut dapat memilih sampel berdasarkan kriteria berikut:
- Peserta Program dengan Tingkat Keberhasilan yang Berbeda: Memilih peserta program yang menunjukkan peningkatan signifikan, moderat, maupun tidak ada peningkatan sama sekali dalam hal ekonomi, sosial, dan politik.
- Peserta Program dari Berbagai Latar Belakang Sosial Ekonomi: Memastikan representasi dari berbagai tingkat pendapatan, pendidikan, dan status perkawinan.
- Fasilitator Program yang Berpengalaman: Memilih fasilitator program yang telah terlibat dalam program pemberdayaan perempuan selama beberapa tahun.
Dengan memilih sampel berdasarkan kriteria ini, LSM dapat memperoleh informasi yang akurat dan komprehensif tentang efektivitas program pemberdayaan perempuan dan mengidentifikasi area-area yang perlu ditingkatkan.
Contoh 3: Penelitian tentang Strategi Pemasaran UMKM di Era Digital
Seorang peneliti ingin meneliti strategi pemasaran yang efektif yang digunakan oleh UMKM di era digital. Menggunakan Purposive Sampling Menurut Sugiyono, peneliti dapat memilih sampel berdasarkan kriteria:
- UMKM dengan Pertumbuhan Penjualan Online yang Signifikan: Memilih UMKM yang berhasil meningkatkan penjualan online mereka secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
- UMKM yang Menggunakan Berbagai Platform Pemasaran Digital: Memilih UMKM yang menggunakan berbagai platform pemasaran digital, seperti media sosial, e-commerce, dan mesin pencari.
- UMKM dengan Target Pasar yang Berbeda: Memastikan representasi dari UMKM yang menargetkan berbagai segmen pasar, seperti konsumen individu, bisnis, dan pemerintah.
Dengan memilih sampel berdasarkan kriteria ini, peneliti dapat mengidentifikasi strategi pemasaran digital yang paling efektif yang dapat diterapkan oleh UMKM lainnya.
Tabel Rincian Purposive Sampling Menurut Sugiyono
Aspek | Deskripsi | Contoh Penerapan | Kelebihan | Kekurangan |
---|---|---|---|---|
Definisi | Teknik pengambilan sampel non-probabilitas berdasarkan pertimbangan peneliti. | Memilih informan kunci dalam penelitian kualitatif. | Efisien, fokus pada informasi relevan. | Subjektif, sulit digeneralisasikan. |
Kriteria Pemilihan | Didasarkan pada pengetahuan dan pemahaman peneliti tentang populasi. | Memilih responden yang memiliki pengalaman khusus terkait topik penelitian. | Mendapatkan data yang mendalam dan spesifik. | Potensi bias dalam pemilihan sampel. |
Tujuan Penggunaan | Mendapatkan informasi yang mendalam dan komprehensif tentang fenomena tertentu. | Meneliti pengalaman individu dengan kondisi medis tertentu. | Memperoleh wawasan yang kaya dan nuanced. | Validitas eksternal terbatas. |
Ukuran Sampel | Biasanya lebih kecil dibandingkan dengan teknik pengambilan sampel probabilitas. | Mewawancarai 10-15 informan kunci dalam studi kasus. | Menghemat waktu dan biaya penelitian. | Hasil penelitian mungkin tidak representatif dari populasi. |
Contoh Aplikasi | Penelitian kualitatif, studi kasus, evaluasi program. | Mengevaluasi dampak program pelatihan terhadap kinerja karyawan. | Memberikan informasi yang relevan untuk pengambilan keputusan. | Perlu justifikasi yang kuat untuk pemilihan sampel. |
Kesimpulan
Purposive Sampling Menurut Sugiyono adalah teknik pengambilan sampel yang sangat berguna dalam penelitian, terutama ketika peneliti memiliki pengetahuan yang mendalam tentang populasi yang diteliti dan ingin mendapatkan informasi yang mendalam dan spesifik. Meskipun memiliki kelemahan dalam hal generalisasi, Purposive Sampling tetap menjadi pilihan yang tepat untuk penelitian kualitatif, studi kasus, dan evaluasi program.
Semoga artikel ini bermanfaat dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang Purposive Sampling Menurut Sugiyono. Jangan lupa untuk mengunjungi LabourRache.ca lagi untuk mendapatkan informasi menarik dan bermanfaat lainnya. Sampai jumpa di artikel berikutnya!
FAQ: Purposive Sampling Menurut Sugiyono
-
Apa itu Purposive Sampling? Teknik memilih sampel berdasarkan pertimbangan peneliti.
-
Siapa Sugiyono? Seorang ahli metodologi penelitian terkenal di Indonesia.
-
Apa bedanya dengan Random Sampling? Random Sampling memilih sampel secara acak, Purposive Sampling berdasarkan kriteria.
-
Kapan Purposive Sampling digunakan? Ketika peneliti punya pengetahuan khusus tentang populasi.
-
Apa kelebihan Purposive Sampling? Efisien dan fokus pada informasi relevan.
-
Apa kekurangan Purposive Sampling? Subjektif dan sulit digeneralisasikan.
-
Bagaimana cara memilih sampel dalam Purposive Sampling? Berdasarkan kriteria yang relevan dengan tujuan penelitian.
-
Apakah Purposive Sampling cocok untuk penelitian kuantitatif? Kurang cocok, lebih sesuai untuk penelitian kualitatif.
-
Bagaimana cara menghindari bias dalam Purposive Sampling? Tentukan kriteria secara jelas dan dokumentasikan alasan pemilihan.
-
Apa contoh Purposive Sampling dalam penelitian? Memilih informan kunci dalam studi kasus.
-
Berapa ukuran sampel yang ideal dalam Purposive Sampling? Tergantung tujuan penelitian, biasanya lebih kecil dari Random Sampling.
-
Apakah hasil Purposive Sampling bisa digeneralisasikan? Sulit, karena sampel tidak dipilih secara acak.
-
Apa yang harus dilakukan jika hasil Purposive Sampling tidak sesuai harapan? Evaluasi kembali kriteria pemilihan sampel dan metode penelitian.